Denpasar, ken-kenkhabare.com | Bali Lintas Media – Pasca pandemi Covid -19, Pemerintah Indonesia secara resmi telah mencabut PPKM saat pidato Presiden Joko Widodo pada hari, Jumat (30/12/2022). Namun Kepala Negara tetap mengisyaratkan agar masyarakat tetap waspada, akan adanya sebaran baru Covid-19, dengan tetap mempertahankan Pola Hidup Beresih dan Sehat (PHBS ).

Salah satu PHBS adalah menjaga Kesehatan dengan mengatur pola makan yang baik dan bergizi, dan membatasi mengkonsumsi makanan yang rawan menimbulkan penyakit seperti stroke, jantung koroner, kanker , gagal ginjal dan lain lain menempati urutan teratas.
Menurut Pakar Kesehatan Masyarakat Komang Arina yang sebelumnya memiliki profesi sebagai Perawat Kesehatan dan juga Promotor Kesehatan Masyarakat yang bertugas di Puskesmas yang ada di Palu, bahwa pola makan dimasyarakat dipengaruhi oleh kecendrungan untuk balas dendam.
“Mereka seakan balas dendam karena kehidupan sebelumnya (1970 an) tergolong tak mampu, sekarang setelah menjadi mampu, lalu melahap makanan makanan enak yang menyebabkan kelebihan berat badan, kelebihan kolesterol, asam urat, kelebihan zat zat aditif berupa penyedap, pemanis, pengawet dan perisa,” ujar Komang Arina Magister Kesehatan Masyarakat.
Menurutnya kebiasaan makanan enak dan mengandung protein hewani, kalori dan lemak tinggi itulah akar permasalahan kesehatan masyarakat sekarang. Penyakit akibat kolesterol dan pembuluh darah seperti stroke, jantung koroner, gagal ginjal menduduki peringkat satu dalam sepuluh besar penyakit.
“Semua yang saya katakan di awal adalah masalah kesehatan masyarakat Indonesia, yang terkait secara langsung dengan pola perilaku makan , dan menguras banyak sekali devisa negara dan penderita nya. Miliaran bahkan triliunan dana habis untuk melawan penyakit penyakit tersebut dengan hasil yang tidak memuaskan. Bahkan semakin parah meskipun telah diobati,” ujar Arina yang saat ini sebaga praktisi kesehatan tradisional akupresur.
Saat ini perlu membudayakan kepada masyaraktat terutama kepada generasi muda yaitu Gen Y, dan Z, agar menjauhi makanan yang sarat dengan kolesterol, makanan junk food dan makanan cepat saji yang menjamur saat ini.
Pesatnya bisnis kuliner, juga adalah menjadi salah satu penyebab generasi muda pola makannya lebih banyak mengkonsumsi makanan dan minuman yang merugikan Kesehatan, yang tanpa disadari, saking asyiknya nongkrong sambal bermedia sosial, ataupun lainnya membuat lupa memperhatikan kualitas makanan yang dikonsumsi.
Komang Arina menyampaikan bahwa masyarakat terprovokasi oleh makanan yang ke barat-baratan, dan melupakan makanan asli masyarakat timur seperti Indonesia yang sebenarnya makanan aslinya berasal dari kekayaan alam hayati.
“Kita itu makan untuk hidup, bukan sebaliknya hidup untuk makan,” ujar Komang Arina. Dengan demikian harus selalu menerapkan diet makanan terutama untuk usia 40 ke atas yang organ tubuh manusia fungsinya sudah mulai melemah dan memiliki keterbatasan dalam mendetox racun yang ada dalam makanan yang dikonsumsi.
Hal yang sama juga disampaikan oleh dr. Luh Putu Ratih Setianingsih Budha, Sp.PD, yang memegang 3 RS di Singaraja, RSU Kertha Usada, Bali Med, dan RS Tentara, juga sebagai dokter spesialis internis, bahwa pola makan yang baik akan memberikan kesehatan dan terhindar dari penyakit kencing manis. Saat membawakan makalah “ Deteksi Dini dan Penanganan Diabetes Melitus “, ia banyak menyinggung mengenai pola makan dan diet.
Menurutnya dalam mencegah ataupun menyembuhkan Diabetes Melitus, hanya dengan mengubah gaya hidup, mengatur pola hidup sehat, dan berolah raga, dan beristirahat yang cukup. Faktor Risiko DM dialami oleh orang mulai umur lebih dari 45 tahun, kegemukan (obesitas), faktor keturunan (Riwayat diabetes di keluarga), kurang berolah raga.
“Pentingnya edukasi kepada masyarakat dalam mencegah DM/kencing manis, tidak hanya oleh dokter namun segenap jajaran terkait , perawat penyuluh, pekerja sosial, ahli gizi dll,” katanya.
Dalam makalahnya dr. Ratih memaparkan pentingnya pola makan yang sehat, dengan mengkonsumsi makanan yang rendah lemak, mengurangi karbohidrat seperti dalam Piramida Makan, komposisi karbohidrat 60 %, Protein 15 %, Lemak 25-30%, dan kecukupan vitamin dan mineral.
Penulis : AW
Narasumber : Dr. Ratih Setyaningsih Budha, Sp.PD & Komang Arina, SKM MKES.