Wawali Arya Wibawa Mupuk Pedagingan di Merajan Jero Kuta Sesetan

0
74
Foto: Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa saat menghadiri sekaligus mupuk pedagingan serangkaian Karya Nilapati, Ngenteg Linggih, Padudusan Wrespati Kalpa, Mupuk Pedagingan dan Mecaru Rsi Gana Gempong Asu di Merajan Jero Kuta, Banjar Kaja, Desa Adat Sesetan bertepatan dengan Tilem Sasih Kapat, Selasa (21/10).

Dorong Sradha Bhakti dan Gotong Royong Krama dalam Pelaksanaan Karya

DENPASAR, KEN-KEN – Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, menghadiri sekaligus melaksanakan mupuk pedagingan serangkaian Karya Nilapati, Ngenteg Linggih, Padudusan Wrespati Kalpa, Mupuk Pedagingan, dan Mecaru Rsi Gana Gempong Asu di Merajan Jero Kuta, Banjar Kaja, Desa Adat Sesetan, bertepatan dengan Tilem Sasih Kapat, Selasa (21/10). Upacara ini digelar setelah renovasi parahyangan tuntas dilaksanakan.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut Ketua Komisi I DPRD Kota Denpasar AA Putu Gede Wibawa, Anggota DPRD Kota Denpasar Luh Putu Mamas Lestari, Camat Denpasar Selatan Ida Bagus Made Purwanasara, serta undangan lainnya.

Dalam sambutannya, Wawali Arya Wibawa menyampaikan apresiasi atas gotong royong masyarakat pengempon Merajan Jero Kuta yang mendukung pelaksanaan upacara. Menurutnya, karya yadnya ini sejalan dengan visi Kota Kreatif Berbasis Budaya Menuju Denpasar Maju berlandaskan spirit Vasudhaiva Kutumbakam, bahwa seluruh masyarakat adalah bersaudara.

“Dengan pelaksanaan karya ini, mari kita tingkatkan sradha bhakti sebagai upaya menjaga harmonisasi antara parahyangan, pawongan, dan palemahan, sebagai implementasi Tri Hita Karana,” ujarnya.

Ketua Panitia Karya, I Ketut Astawa, menjelaskan bahwa rangkaian upacara merupakan momentum bhakti kepada Bhatara Leluhur. Pada Tilem Kapat ini dilaksanakan Mecaru dan Mupuk Pedagingan, sedangkan puncak karya akan digelar pada Buda Wage Wuku Warigadean, 29 Oktober 2025.

Baca Juga  Wali Kota Jaya Negara Lantik 495 PPPK Tahap II

“Semoga melalui karya ini tercipta harmonisasi sesuai ajaran Tri Hita Karana, sekaligus menumbuhkan budaya gotong royong segilik, saguluk, salungluung, sabayantaka, paras paros sarpanaya,” jelasnya.

Wawali Arya Wibawa menegaskan bahwa upacara yadnya tidak hanya untuk menyucikan bangunan suci agar dapat digunakan kembali dalam pemujaan, tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan spiritual antarwarga.

“Upacara ini menjadi momentum menjaga keseimbangan antara parahyangan, palemahan, dan pawongan, sehingga nilai religius, kebersamaan, serta sradha bhakti umat dapat terus terjaga,” pungkasnya.

Editor: Ken

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here