
Pujawali di Pura Luhur Natar Sari Apuan, yang jatuh pada Saniscara, Kliwon, Krulut, dan hari tersebut oleh Pemerintah Provinsi Bali ditetapkan sebagai hari Tresna Asih/hari kasih sayang, Sabtu,18/2.
Pujawali diawali dengan rangkaian, Ida Betara Ratu Sakti Nawa Sanga meyoga, ngunya ke lintas desa yang ada di kabupaten/kota di Bali, dan dilanjutkan dengan Ida Betara mesucian ke Pura Segara Batu Bolong, Badung (15/2).

Menurut Mangku Gede Pura Luhur Natar Sari Mangku Gede I Ketut Mastrum, Ratu Sakti Nawa Sanga, melancaran ke desa-desa adat yang ada kaitannya dengan Pura Natar Sari setiap tiga tahun sekali.
“Menurut tradisi yang turun temurun perjalanan (ngunya) yang didahului dengan meyoga di Pura Luhur Pucak Padangdawa, dan keesokannya selama 42 hari ngunya ke desa adat lainnya untuk selanjutnya mesucian ke Pura Segata Batu Bolong, Badung, ujar Mangku Gede yang juga adalah seniman lukis dan mahir membuat Ratu Gede, Ratu Ayu dll.

Selanjutnya menurut Mangku Gede, Rahina Tumpek Krulut, Siwa Pasupati tedun memberi anugerah kesejahteraan dan keselamatan pada manusia.
“Menurut sastra Akasa (langit) lan Pertiwi (bumi) bertemu saat tengah malam akan terjadi penciptaan,” kata,” Ketut Mastrum.
Sementara itu, terlihat di Madya Mandala Pura Natar Sari, umat yang datang dari berbagai desa adat di Bali berduyun-duyun, dan berdiri di tangga menuju Utama Mandala (area utama), menunggu giliran untuk muspa (sembahyang).

Sebagai informasi Pura Luhur Natar Sari Apuan, merupakan salah satu Pura Kahyangan Jagat dan memiliki Prelingga Ida Ratu Sakti Nawa Sanga, yang disungsung oleh desa adat Apuan.
Pura Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari Apuan terletak di Desa Apuan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Sebagai Pengempon Pura, desa adat Apuan dan diikuti oleh beberapa desasebagai pemaksan Pura yang berasal dari kabupaten Tabanan, Gianyar, Badung. dan Denpasar.
Puncak Pujawali di lakukan pada pkl. 23.00 WITA, semua Ratu Gede dan Ratu Ayu turun napak ring Pertiwi, dan dilanjutkan dengan dudonan upakara Pujawali menghaturkan canang, pregembal, bebangkit, yang dipimpin oleh Mangku Gede Pura Luhur Natar Sari, dibantu oleh para pemangku kahyangan Tiga, dan Sutri/Serati.
Ida Betara Tirta yang saat pelaksanaan upakara bertujuan untuk mepasupatiang(mensucikan/mensakralkan) Prelingga Ida Betara.

Sesuai sastra, kemudian seluruh Ratu Gede dan Ratu Ayu Kembali melinggih ring Bale Paruman, sementara Ida Betara Sakti Nawa Sanga mesolah wali (menari), sebagai makna Ida Betara Turun Kabeh, selanjutnya kembali melinggih ring Bale Paruman Utama.
Terakhir, Ratu Gede dari desa adat Baru, kemudian dilanjutkan dengan Ratu Gede Macan dari Banjar Sema, Payangan dan diakhiri dengan pentas Calonarang dari desa adat Baru Tabanan.
(AW)