Pemanis, ken-kenkhabare.com | Bali Lintas Media –
Hari Raya Suci Galungan yang dirayakan oleh umat Hindu, Rabu (Buda), Kliwon, Dungulan dengan melakukan upacara menghaturkan sesajen dan persembahyangan di Pura – Pura yang ada di wewidangan Desa Adat di Bali (2/8/2023).

Keberagaman dalam tatanan pelaksanaan Galungan sesuai dengan dresta, sima, (kebiasaan), sebagai bentuk kebhinnekaan yang sudah berlangsung turun temurun. Seperti yang dilaksanakan di Desa Adat Pemanis, Desa Biaung, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan.
Krama desa sebelumnya khususnya para ibu-ibu mulai pagi buta berkeliling mebanten (menghaturkan sesajen) yang dimulai dari pekarangan rumah sampai selesai.
Selanjutnya krama istri (warga) melanjutkan menghaturkan banten (sesajen) di pelinggih Catus Pate, di Pura Beji, Griya, Pura Subak, Pura Pengungangan, Pura Rantaja, Pura Ratu Ayu dan Pura lainya yang ada di wewidangannya.
Setelah itu seluruah krama istri berkumpul untuk menghaturkan banten, sodan dll. di Pura Kahyangan Tiga, Pura Puseh, Dalem, dan Bale Agung. Pelaksanaan upakara dipimpim langsung oleh Jero Mangku Kahyangan Tiga.
Menurut salah seorang Sabha Desa, Desa Adat Pemanis nyungsung Tapakan Ida Betara, Ratu Gede (Barong), Ratu Mas, Ratu Ayu, Ratu Niyang, Ratu Nyoman dan Ratu Ketut.
Sesuai dresta dan tradisi pada hari Galungan Tapakan Ida Betara, Ratu Gede, Ratu Mas, Ratu Ayu, Ratu Niyang, Ratu Nyoman dan Ratu Ketut napak di wewidangan desa, sehingga krama di pemesuan rumah masing-masing, menghaturkan sesajen banten, soda, dan pajegan sebagai wujud Srada Bhakti kepada Ida Sanghyang Widi Wasa.

Bendesa Adat Pemanis I Wayan Sarjana, yang baru saja terpilih selaku Bendesa Adat saat ditemui mengatakan pelaksanaan upacara Galungan di Kahyangan Tiga yang sorenya dilanjutkan dengan Ida Betara Napak sampun memargi antar (sudah berjalan dengan lancar).
“Titiang selaku Bendesa Adat beserta prajuru mengucapkan terima kasih kepada seluruh krama desa, Yowana, dan krama istri yang sangat antusias dalam merayakan Galungan, dengan mengahaturkan bhakti ke Pura. Demikian juga saat ngiringan pemargin (mengantar) Ida Betara Tapakan ring wewidangan desa sudah berjalan sesuai dengan tradisi dan dresta di desa kami,” ujarnya.
Saat ditanya program yang akan dijalankan setelah ngadeg sebagai Bendesa Adat, akan melanjutkan beberapa pembangunan yang belum selesai oleh Bendesa sebelumnya.
“Titiang sareng prajuru akan memulai dengan melakukan perbaikan ring Pura Bale Agung setelah dana dari pemerintah daerah untuk desa adat keluar. RAB sementara sekitar Rp.400.000.000,-. Disamping itu juga menunggu dana BKK dari Gubernur,” ujarnya.
[AW]