
“Pengukuhan Sri Empu Pande Perkuat Tradisi dan Spiritualitas Hindu di Buleleng”
SINGARAJA, KEN-KEN — Bertepatan dengan Anggara Pon Wuku Warigadean, Selasa (28/10/2025), dua tokoh spiritual Hindu di Buleleng, Jro Mangku Ketut Trisna Utama dan Jro Mangku Komang Hengky Erawan, resmi menyandang gelar Sri Empu Pande setelah menjalani upacara Pediksaan atau Dwijati. Pengukuhan ini turut melibatkan pasangan masing-masing, Nyoman Sri Sukarini dan Ni Made Ariani, yang juga menerima gelar spiritual sesuai tradisi.
Pengukuhan tersebut diperkuat melalui Surat Keputusan PHDI Kabupaten Buleleng Nomor 17/PHDI Buleleng/2025 dan Nomor 18/PHDI Buleleng/2025. Gelar yang disematkan kepada Jro Ketut Trisna Utama dan istrinya adalah Sri Empu Jangga Dharma Jnana dan Sri Galuh Jangga Dharma Patni. Sementara Jro Komang Hengky Erawan dan istrinya menerima gelar Sri Empu Dharma Adnyana Putra dan Sri Galuh Dharma Adnyana Putri.
Upacara sakral ini berlangsung di Griya Beratan, Jalan Mayor Metra No. 91, Singaraja, dan disaksikan langsung oleh Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra, bersama jajaran staf terkait, Camat Buleleng, PHDI Bali dan Buleleng, Pengurus Pande Semaya Bali dan Buleleng, Lurah Beratan, Bendesa Adat Beratan Samayaji, tokoh masyarakat, para Jro Mangku, serta undangan lainnya.
Sebagai Tri Nabe atau guru utama dalam prosesi Pediksaan, hadir Sri Empu Gede Jangga Putra dari Griya Taman Abiansemal, Sri Empu Dharma Kerti dari Griya Kawanan Desa Sawan Buleleng, dan Sri Empu Dharma Jangga Rosa dari Griya Bale Agung Selemadeg Tabanan. Sementara Sri Empu Dharma Adnyana bertindak sebagai Nabe Saksi.
Ketua PHDI Kabupaten Buleleng, Dr. Drs. Made Metra, M.Si., dalam sambutannya menyampaikan bahwa seorang Dwijati Hindu harus memiliki empat kompetensi utama:
- Kemampuan berkata benar dan menjadi sumber kebenaran.
- Menjadi pribadi yang dapat dipercaya.
- Mampu memberikan vibrasi kesucian dan menciptakan tirta.
- Menjadi guru utama masyarakat, tempat bertanya dalam berbagai aspek kehidupan, baik spiritual maupun sosial.
Sementara itu, Ketua Bidang Organisasi Pande Semaya Bali, Drs. Ketut Wijaya, M.Si., mengungkapkan bahwa jumlah Griya di Bali masih sangat terbatas dibandingkan populasi warga Pande. Saat ini tercatat hanya 41 Griya di Bali dan 4 di Kabupaten Buleleng, serta 8 Griya di luar Bali seperti di Yogyakarta, Lampung, dan Sulawesi. Ia mendorong lebih banyak warga Pande untuk menjalani proses medwijati demi memperkuat tradisi dan spiritualitas Hindu.
Ketua Panitia, Ngurah Armaya, menyampaikan bahwa rangkaian upacara telah dimulai sejak sehari sebelumnya dengan prosesi sungkem kepada guru rupaka, dilanjutkan dengan medengen-dengenan, tangkil ke Tri Nabe, dan Yoga Nidra dari pukul 23.00 hingga 04.00 WITA.
“Atas nama panitia, kami mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada semua pihak yang telah mendukung kelancaran acara ini, khususnya kepada Bapak Bupati yang telah memberikan punia sebesar Rp10 juta,” ujar Armaya. (Winz)
Editor: Ken
