
Denpasar, ken-kenkhabare.com | Bali Lintas Media – Ogoh-ogoh Tumbal Rare dari ST. Dwi Putra berhasil menyabet Juara I dalam Lomba Ogoh-ogoh Se-Bali untuk Kota Denpasar, setelah diumumkan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dan diposting Instagram Joyful Denpasar, akun resmi Humas Kota Denpasar pada Kemis (23/3).

Dari Pengumuman Lomba Ogoh-ogoh Kota Denpasar masing-masing ; Ogoh-ogoh Tumbal Rare Terbaik dari ST. Dwi Putra, Br. Tegal Agung, Desa Pemecutan Kelod, Terbaik I, Ogoh-ogoh Guna Sangara dari ST. Yowana Werdhi, Br. Batan Buah Desa Adat Kesiman sebagai Terbaik II, dan Ogoh-ogoh Teto Wilah Dahana dari ST. Dharma Subiksa, Br. Sasih Desa Adat Panjer, Terbaik III.
Menurut arsitek Ogoh-ogoh Tumbal Rare, Anak Agung Bagus Suendra Diputra yang sering dipanggil Gunggus Adi Tegal ini, bahwa tema yang diangkat dalam karyanya terinspirasi dari fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Masih rendahnya kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap anak, dengan banyaknya bayi yang ditemukan dibuang oleh ibunya dengan motif bermacam-macam, yang belakangan ini sempat viral adalah bayi yang dibuang di got di sekitar jalan Padma, Denpasar Utara,” ujar Gung Gus.
Kemudian karakter Jero Dalang dalam Ogoh-ogoh tersebut menyampaikan pesan bahwa Jero Dalang adalah memiliki hubungan dengan sosok anak-anak. Jero Dalang sebenernya memiliki kelebihan atau pengetahuan ilmu astrologi yang di Bali dikenal dengan Wariga, dan juga ilmu pengobatan (usadha). Dalam Wariga ini lah bisa diketahui sifat, dan jalan hidup seseorang oleh Jero Dalang, bahkan hidup dan mati serta sakit pun bisa di ramal oleh Jero Dalang,” imbuhnya.
Bahkan Jero Dalang memiliki hak dan kewikanan (pengetahuan spiritual) sehingga bisa memberikan tirta pengelukatan pada seseorang atau anak yang lahir di wuku Wayang, dan juga dalam upacara baik Dewa Yadnya, Pitra Yadnya dengan wayang sapuhleger,” katanya.
Sosok Dalang yang diceritakan disini adalah Dalang yang sesungguhnya yang didapat dari belajar dengan melakukan yoga dan sadhana untuk mencapai gelar Dalang yang sesungguhnya, bukan dalang yang instan, atau dalang dalam pementasan hiburan,” ujar Gung Gus.
Saat ditanya kesan dan pesan atas pencapaian sebagai Juara Satu lomba Ogoh-ogoh Kota Denpasar, Gung Dika dalam wawancaranya saat dihubungi merasa terkejut dan haru serta tidak menyangka meraih Juara apalagi Juara Satu. Hal ini menurutnya Ogoh-ogoh yang mereka buat sangat sederhana dan terbuat dari bahan-bahan organik dan dari asesoris pun sangat sederhana hanya mekamen dengan mekancut ginting, dengan rangka dari kayu dan bambu saja tanpa memakai pipa besi. ,“Tapi justru dengan bahan ini saat diarak malah kuat, dan tidak gampang rusak ketika diarak-arak dan digoyang” ujarnya.

Sebelumyanya Ogoh-ogoh Tumbal Rare berada pada posisi kedua di tingkat kecamatan Denpasar Barat, dalam babak penyisihan. Setelah lolos menjadi bagian dari 12 Ogoh-ogoh Terbaik Kota Denpasar dan maju ke Final, Tumbal Rare all out dalam pementasannya saat dinilai oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. Pihak ST. Dwi Putra mengemas dengan melibatkan anak-anak SD pada Beleganjur, dengan tata busana yang kembali kejaman tradisi, hanya mekamen dengan kancut ginting tanpa baju, alias telanjang dada, benar-benar memperkuat aksen tradisi Bali kuno.
Dengan perjuangan dan semangat ingin menampilkan seni membuat Ogoh-ogoh, seni gamelan, seni tata busana yang apik akhirnya Tumbal Rare dinobatkan sebagai Ogoh-ogoh Terbaik I yang diumumkan oleh Dinas Kebudayaan yang di muat dimedia IG Provinsi Bali dan juga Joyful Denpasar.
“Saya ingin agar tema carita dari Ogoh-ogoh Tumbal Rare ini menjadi refleksi dan bahan renungan bagi masyarakat terutama oknum ibu-ibu jangan ringan tangan membuang bayinya seberapapun berat ujian yang menimpa dalam hidup, namun bayi tidak memiliki dosa, dan banyak orang yang mendambakan seorang anak bahkan sampai berobat secara medis maupun non medis masih banyak pasangan suami-istri yang belum dikaruniai anak,” ujar mahasiswa semester 4 ISI Denpasar.
Penulis : AW
Redaksi : AW