Terima Perwakilan Serangan, Intaran, dan Sidakarya, Gubernur Koster: Terminal LNG Bagian dari Program Bali Mandiri Energi Bersih

0
260
Foto: Gubernur Wayan Koster menerima perwakilan masyarakat Pulau Serangan , Desa Intaran dan Desa Sidakarya dalam pertemuan terbuka terkait rencana pembangunan terminal Liquefied Natural Gas (LNG)

DENPASAR, KEN-KEN – Gubernur Bali Wayan Koster menerima audiensi dari perwakilan masyarakat Pulau Serangan, Desa Intaran, dan Desa Sidakarya, Rabu (4/6), di Gedung Kerthasaba, Jayasabha, Denpasar. Pertemuan ini membahas rencana pembangunan Terminal Liquefied Natural Gas (LNG) di Pantai Sidakarya, Denpasar Selatan. Hadir dalam kesempatan tersebut tokoh masyarakat, perangkat desa adat, serta perwakilan PT Dewata Energi Bersih.

Dalam dialog terbuka tersebut, Gubernur Koster menegaskan bahwa pembangunan terminal LNG merupakan bagian dari program strategis “Bali Mandiri Energi Bersih”, yang bertujuan untuk menciptakan kemandirian energi daerah, mendukung target Net Zero Emission 2045, serta menjaga lingkungan dan citra pariwisata Bali.

“Bali adalah pulau kecil, destinasi wisata dunia. Tidak boleh terus bergantung pada pasokan energi dari luar. Kita harus mandiri dengan energi bersih,” tegas Gubernur.

Saat ini, Bali masih sangat bergantung pada pasokan listrik dari Jawa Timur melalui kabel bawah laut, yang rawan terganggu. Gubernur mengingatkan kembali kejadian pemadaman total (blackout) selama 12 jam yang pernah terjadi, sebagai pelajaran penting untuk segera membangun infrastruktur energi lokal berbasis gas alam cair (LNG).

Dalam pertemuan tersebut, sejumlah tokoh masyarakat dari Serangan dan Sidakarya menyampaikan kekhawatiran terhadap dampak proyek, seperti potensi kerusakan ekosistem laut dan mata pencaharian nelayan. Gubernur Koster merespons dengan penjelasan teknis dan komitmen penuh terhadap pelestarian lingkungan.

Baca Juga  Tema Konferensi AFEEC-FAPECA 2025 Selaras dengan Bali Mandiri Energi Bersih, DPP AKLI Minta Gubernur Koster Beri Sambutan

Menurutnya, seluruh proses pembangunan telah melalui kajian menyeluruh, termasuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang ditangani langsung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Beberapa poin penting dijelaskan Gubernur, antara lain:

  • Jalur kapal LNG tidak melewati terumbu karang aktif dan merupakan jalur eksisting.
  • Kapal pengangkut LNG hanya datang setiap 42 hari, dan proses bongkar muat selesai dalam 24 jam.
  • Pipa gas akan dipasang di kedalaman 15 meter, di bawah akar mangrove, tanpa mengganggu ekosistem.
  • LNG tidak mudah meledak dan akan langsung menguap ke udara jika terjadi kebocoran, berbeda dengan LPG.
  • Pengerukan dilakukan dengan kapal hisap pasir dan kelambu lumpur untuk mencegah kekeruhan air laut.

“Saya tidak akan membiarkan pembangunan yang merugikan masyarakat atau dilakukan secara represif. Semua proses harus jelas, terbuka, dan berdasarkan kajian ilmiah. Ini prinsip saya sebagai Gubernur untuk menjaga Gumi Bali,” tegasnya.

Lebih lanjut, Gubernur menyampaikan bahwa proyek ini juga akan memberikan manfaat ekonomi bagi desa-desa adat terdampak. Hal ini meliputi potensi pendapatan dari pengelolaan kawasan, pengembangan dermaga wisata, hingga kerja sama BUMDes dan BUMDA.

Baca Juga  Program Satu Keluarga Satu Sarjana Didukung 26 Kampus, Gubernur Koster: Untuk Generasi Unggul Bali

Terminal LNG Sidakarya ini akan terintegrasi dengan PLTG Pesanggaran dan pembangkit baru di perbatasan Denpasar–Gianyar, dengan total kapasitas 1.550 MW yang ditargetkan tercapai pada tahun 2029, seiring dengan peningkatan kebutuhan listrik di Bali.

Gubernur menegaskan bahwa seluruh proses akan dilakukan dengan partisipasi aktif masyarakat, serta dengan jaminan bahwa seluruh kepentingan warga akan dilindungi dan lingkungan tetap lestari.

Tentang Program Bali Mandiri Energi Bersih

Program ini merupakan inisiatif Pemerintah Provinsi Bali untuk memenuhi kebutuhan energi daerah secara mandiri dengan sumber energi bersih berbasis gas alam dan terbarukan. Program ini bertujuan mengurangi ketergantungan pada energi fosil seperti batu bara dan solar, mendukung transisi energi nasional menuju ekonomi hijau, dan memastikan keberlanjutan pariwisata Bali.

[Ken]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here