Upacara Karya Penyegjeg Buana, Puncak Piodalan di Pura Luhur Natar Sari Apuan

0
549
Foto: Piodalan di Pura Khayangan Jagat Luhur Natar Sari, Apuan, Sabtu (13/4).

TABANAN, KEN-KEN, Upacara piodalan di Pura Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari, Apuan yang jatuh pada Sabtu (Saniscara), Kliwon, Krulut, (13/4/2023), yang pada hari tersebut dikenal dengan Tumpek Krulut.

Rangkaian karya diawali dengan prosesi nangiang Tapakan Ida Bhatara Sakti, ngiyasa kerthi di Pura Luhur Pucak Padang Dawa, untuk selanjutnya melasti ke pantai Pura Batubolong, Canggu Badung.

Pada piodalan ini Ida Betara tidak melakukan pangunyan ke jaba Kutha di tiga Kabupaten, Tabanan, Badung dan Gianyar, yang biasanya dilaksanakan selama 42 hari.

Pada puncak pidodalan  dilaksanakan Karya Penyegjeg Buana, yang diawali dengan melelaspas banten, nunas Tirtha Pemuput di masing-masing Tapakan Ratu Gede dan Tirta dari Pura Kahyangan Jagat Bali.

Dilanjutkan dengan Pemrayascita Beakaonan untuk menyucikan banten dan Tapakan Ratu Gede. Kemudian dilakukan upakara Penyapsap. Prosesi penganteban hampir sama dengan pujawali tingkat madia, cuma sarana upakara saja lebih lengkap jika yg utama. Seni wali yag ditampilkan baris gede sebagai penyambutan kedatangan Ida Btara dari, mesucian. Gamelan Gambang sebagai gambelan sakral yg di tabuh jika karya itu utama.

Baca Juga :

< Pemkot Denpasar Peringati Tumpek Krulut, Dirangkaian Dharma Santhi Nyepi, Tahun Caka 1946

Keunikan dari pelaksanaan Pujawali di Pura Natar Sari yang muput karya adalah Siwa Krana, yakni perangkat alat pemujaan Pendeta yang disimpan di Pura Jemeng, Penge.

Seluruh Tapakan, Ratu Gede dan Ratu Ayu, Ratu Niyang, dan Ratu Sakti  Nawa Sanga, tedun mejangjangan, selanjutnya mengikuti prosesi upakara, penyegjeg buana karena menggunakan penyegjeg dua buah, Sarad Buah dan Sarad Daging mencirikan upacara Pujawali ini tergolong utama.

Sesuhunan Pura Natar Sari, Ida Ratu Sakti Nawa Sanga  selanjutnya menari, ngetag kalangan (mesolah, napak pertiwi), sebagai simbolis karya dan upakara sudah selesai dilaksanakan. Selanjutnya mesolah akan diikuti oleh sasuhunan dari Desa Adat Baru.

Seperti yang dikatakan Mangku Gede Ketut Mastrum, kehadiran dan berkumpulnya Tapakan Ratu Gede dari lima kabupaten di Bali di Pura Natar Sari Apuan, bertujuan untuk menyatukan kembali manifestasi Dewi Durga dan Siwa Pasupati di Pura Luhur Natar Sari.

“Pada piodalan ini sebagai simbolis menyatunya Siwa (Purusha) dan Durga (Pradana), sehingga dunia menjadi aman, tenteram, dan makmur,” ujar Mangku Gede yang hobi melukis ini.

Foto: Persiapan Pujawali Penyegjeg Buana.

Pelawatan Ida Betara atau para Dewa Dewi, tersebut dipuja dalam berbagai wujud rangda, barong rentet, barong macan, barong bangkal, barong naga, barong landung di berbagai desa di lima kabupaten di Bali.

Sementara berdasarkan informasi dari Manggal Karya,  yang juga Perbekel Desa Apuan, Admaja, jumlah Tapakan Ratu Gede yang hadir pada piodalan ini,  46 Ratu Gede, dari Desa Adat, dari  Kabupaten Tabanan, Badung, Gianyar, Bangli dan Negara.

Pada puncak karya ini dihadiri oleh tokoh Penganceng Pura dari Puri Marga, tampak juga hadir Anggota DPRD Kabupaten dan Provinsi, Purnaya dan Adi Wiryatama.

[wirya]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here