Ratu Gede Pemanis Melancaran Ring Rahina Galungan

0
182
Foto: Suasana Ratu Gede saat melinggi ring Pura Puseh, Desa Adat Biaung, (19/11).

Ngelantur Nyaksi Karya Ngenteg Linggih dan Ngusaba Desa, Desa Adat Biaung

TABANAN, KEN-KEN  – Meski diguyur hujan deras, prosesi melancaran Ratu Gede tetap berlangsung khidmat pada Hari Raya Galungan, Rabu (19/11). Tradisi sakral yang dilaksanakan oleh krama Desa Adat Pemanis, Biaung, Penebel, ini menjadi bagian penting dari rangkaian upacara Galungan yang menandai kemenangan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan).

Setelah Ida Ratu Gede melancaran di wewidangan Desa Adat Pemanis, yang diiringi oleh Jero Mangku, Bendesa Adat, Kelian Adat, dan Krama Adat, melanjutkan perjalanan menuju Pura Desa lan Puseh Desa Adat Biaung. Hujan deras yang turun mulai jam 14.00 Wita tidak menyurutkan semangat krama dalam melaksanakan yajna, justru menambah nuansa spiritual bahwa prosesi ini adalah bentuk sradha bhakti yang tulus.

Baca Juga  Wali Kota Jaya Negara Hadiri Abulan Pitung Dina Karya Padudusan di Pemerajan Agung Sakti Padangsambian

Tradisi melancaran diyakini sebagai simbol perjalanan suci Ratu Gede untuk memberikan kerahayuan dan perlindungan bagi masyarakat desa. Prosesi ini juga menjadi wujud nyata harmoni antara manusia dengan Tuhan, sesama, dan lingkungan, sebagaimana filosofi Tri Hita Karana.

Dalam konteks Hari Raya Galungan, melancaran menegaskan bahwa kemenangan dharma bukan hanya dimaknai secara spiritual, tetapi juga diwujudkan dalam kehidupan sosial dengan menjaga kebersamaan, solidaritas, dan kewajiban (swadharma) ring desa adat.

Menurut Bendesa Adat Pemanis, I Wayan Sarjana, tradisi yang  dilaksanakan setiap Galungan bertujuan untuk memohon kerahayuan dan keselamatan krama adat Pemanis.

Baca Juga  Perayaan Galungan dan Kuningan: Jejak Historis, Filosofi Dharma, dan Harmoni Sosial Umat Hindu Bali

“Ida Ratu Gede melancaran yang biasanya mulai pada sore hari sekitar jam empat sore, karena ada oleman dari Desa Adat Biaung, pelaksanaan upacara dimulai jam dua,” ujarnya.

Lebih lanjut dia menegaskan bahwa tradisi ini bukan sekadar ritual, melainkan sarana mempererat ikatan kekeluargaan dan menjaga keharmonisan desa dan berharap agar melalui melancaran Ratu Gede, seluruh krama Desa Adat Pemanis dan Biaung senantiasa diberikan kerahayuan. Lebih dari itu, prosesi ini diharapkan memancarkan energi positif yang membawa kesejahteraan dan kedamaian bagi masyarakat luas.

Ida Betara Ratu Gede ngererep selama tiga hari, pada Puncak Karya Ngenteg Linggih, Padudusan Agung, Tawur Balik Sumpah Agung, Menawa Ratna, lan Ngusaba Desa, Ngusaba ring Pura Puseh lan Desa, yang jatuh pada Wraspati, Umanis, Dungulan, (20/11) Desa Adat Biaung.

Editor: Ken

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here