WHDI Denpasar Gelar Pelatihan Pembuatan Banten Otonan Ayaban Tumpeng Pitu di Sesetan

0
61
Foto: Penasihat WHDI Kota Denpasar, sekaligus Kota Denpasar, yang sekaligus Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kota Denpasar, Ny. Ida Ayu Widnyani Wiradana dalam pelatihan Banten Otonan Ayaban Tumpeng Pitu bersama para wanita Hindu  di Banjar Lantang Bejuh Sesetan, Sabtu (4/10).

Dorong Pemahaman Filosofi dan Kemandirian Masyarakat dalam Membuat Banten

Denpasar – Pemerintah Kota Denpasar bersama Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Kota Denpasar kembali melaksanakan pelatihan pembuatan banten, kali ini dengan materi Banten Otonan Ayaban Tumpeng Pitu. Kegiatan yang dipusatkan di Balai Banjar Lantang Bejuh, Kelurahan Sesetan, Sabtu (4/10), diikuti oleh para ibu-ibu PKK dengan bimbingan langsung narasumber WHDI Kota Denpasar.

Hadir dalam kesempatan tersebut, Penasihat WHDI Kota Denpasar yang juga Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kota Denpasar, Ny. Ida Ayu Widnyani Wiradana, bersama Ketua TP PKK Kecamatan Denpasar Selatan, Ny. Ida Ayu Alit Maharatni Purwanasara.

Dalam sambutannya, Ny. Ida Ayu Widnyani Wiradana menjelaskan bahwa pelatihan ini digelar berkelanjutan mengingat banten otonan merupakan salah satu sarana yadnya yang selalu dibutuhkan setiap enam bulan sekali oleh umat Hindu dalam memperingati hari kelahiran.

“Pelatihan ini khusus untuk memperkenalkan cara pembuatan Banten Otonan Ayaban Tumpeng Pitu. Harapannya, para peserta tidak hanya memahami teknis pembuatan, tetapi juga filosofi yang terkandung di dalamnya sesuai dengan Sastra Agama Hindu. Dengan pendampingan narasumber berpengalaman dari WHDI, pelatihan ini menjadi kesempatan berharga bagi masyarakat,” ujarnya.

Baca Juga  Wawali Arya Wibawa Ajak Mahasiswa Undiknas Peduli Sampah dan Lingkungan

Sementara itu, narasumber WHDI Denpasar, Ni Wayan Sukerti, memaparkan bahwa materi yang diajarkan meliputi komponen utama Banten Otonan, di antaranya Ulun Banten (Pejati, Gebogan, Pengambean, Peras Soda, Dapetan Pokok), Sesayut (Sesayut Pebersihan, Sesayut Sida Purna, Sesayut Pageh Urip), serta Tebasan Pemiak Kala, Segehan Manca Warna, Bayakaonan, dan Prayascita.

“Selain praktik pembuatan, kami juga menjelaskan filosofi dari masing-masing komponen, serta tata cara pengaplikasiannya dalam upacara otonan,” jelas Sukerti.

Menurutnya, kegiatan ini tidak hanya sebagai wadah transfer pengetahuan, tetapi juga menjadi ruang bertukar pengalaman dan diskusi antar peserta mengenai pembuatan banten.

Salah satu peserta, Luh Antini, menyambut baik adanya pelatihan ini. “Pelatihan ini sangat bermanfaat bagi kami ibu-ibu. Dengan arahan dari narasumber, kami bisa lebih memahami tata cara membuat banten dan mengaplikasikannya dalam upacara sehari-hari, karena kehidupan di Bali sangat lekat dengan tradisi keagamaan,” ungkapnya.

Editor: Ken

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here