
“Wawali Arya Wibawa: Spirit Puputan Jadi Momentum Kebangkitan Denpasar Pascabencana“
DENPASAR, KEN-KEN – Penancapan Keris Pusaka oleh Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, bersama panglingsir puri se-Kota Denpasar menjadi puncak peringatan ke-119 Puputan Badung. Peringatan tahun ini dikemas dalam perpaduan apel dan karya Mahabandana Puputan Badung bertajuk Mageh Ing Keraton di Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung, Sabtu (20/9).

Rangkaian acara diawali dengan pembacaan sejarah singkat Puputan Badung 1906, perlawanan heroik rakyat Badung terhadap kolonialisme Belanda akibat kebijakan Hak Tawan Karang. Peristiwa tersebut dikemas dalam garapan kolosal Mageh Ing Keraton yang ditutup dengan prosesi penancapan keris pusaka sebagai simbol keberanian.
Turut hadir dalam kesempatan itu panglingsir puri se-Kota Denpasar, Ketua DPRD Kota Denpasar I Gusti Ngurah Gede bersama anggota dewan, Sekda Kota Denpasar Ida Bagus Alit Wiradana, Forkopimda, LVRI Kota Denpasar, pimpinan OPD, serta tokoh masyarakat.
Wawali Arya Wibawa menegaskan, Puputan Badung merupakan peristiwa bersejarah yang menunjukkan dedikasi dan idealisme rakyat Bali, khususnya Kerajaan Badung di bawah pimpinan Raja I Gusti Ngurah Made Agung. “Semangat kepahlawanan para pendahulu patut kita maknai dan implementasikan dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus berkarya dan membangun,” ujarnya.
Menurutnya, bisama Mati Tan Tumut Pejah yang lahir dari peristiwa Puputan mengandung makna perjuangan tidak pernah padam meski raga gugur di medan perang. Nilai ini pula yang kini diterapkan Pemkot Denpasar melalui program prioritas pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Arya Wibawa menambahkan, peringatan Puputan Badung tahun ini bertepatan dengan masa pemulihan Denpasar pascabanjir. Karena itu, spirit Mati Tan Tumut Pejah harus menjadi momentum kebangkitan. “Kita sedang berjuang untuk pulih dari bencana. Dengan semangat pantang menyerah, kita yakin Denpasar bisa bangkit kembali,” tegasnya.
Sementara itu, perwakilan panglingsir puri, AA Ngurah Ketut Parwa, mengingatkan masyarakat untuk tidak melupakan sejarah. “Jangan sekali-kali melupakan sejarah (jas merah). Puputan Badung adalah warisan keberanian leluhur yang harus kita jadikan tauladan dalam mengisi kemerdekaan,” ucapnya.
Editor: Ken