
Denpasar – Duta Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber Provinsi Bali, Ibu Putri Suastini Koster, menegaskan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di seluruh Bali wajib mengelola sampah dari sumbernya. Hal ini ia sampaikan dalam webinar bertajuk “Pengelolaan Sampah Domestik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan”, yang digelar secara daring, Rabu (23/7/2025), sebagai bagian dari kampanye gerakan Bali Bersih Sampah.
Dalam paparannya, Ibu Putri menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap kondisi TPA Suwung yang selama 41 tahun menampung berbagai jenis sampah dan kini menjelma menjadi “gunung sampah”. Menurutnya, kondisi ini merupakan potret kegagalan sistemik akibat kebiasaan menunda penyelesaian sampah dari sumber.
“Menganggap sampah sebagai masalah yang bisa dipindahkan hanyalah menunda bencana. Ketika kita kelola dari sumbernya, itu baru namanya solusi dan keberkahan,” tegasnya.
Ibu Putri menekankan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga dari pasien, dapur, hingga area non-medis di rumah sakit masih banyak yang luput dari perhatian. Padahal, sampah domestik di fasyankes menyumbang sekitar 80% dari total limbah, dan bisa dikelola dengan teknik sederhana seperti komposter mikroba cair, eco enzyme, serta pengomposan teba modern.
“Sampah sekecil apa pun wajib dituntaskan di tempat asalnya. Ini kewajiban semua warga Bali tanpa alasan,” ujar beliau.
Ia juga menekankan pentingnya peran komunitas dan desa adat sesuai dengan Pergub No. 47 Tahun 2019, Kepgub No. 381 Tahun 2021, dan SE Gubernur Bali No. 9 Tahun 2025 yang mengamanatkan pengelolaan sampah berbasis sumber.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. I Nyoman Gede Anom, M.Kes., mengungkapkan bahwa baru 16,6% dari 633 fasyankes di Bali yang telah mengelola sampah domestik secara optimal. Ia menambahkan bahwa prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) serta prevention harus menjadi prioritas utama.
“Kami dorong fasyankes untuk memilah dan mengelola sampah mandiri. Bali akan menutup seluruh TPA pada akhir 2025, sehingga tidak ada pilihan lain selain menyelesaikan dari sumber,” jelas dr. Anom.
Ia menggarisbawahi bahwa pengelolaan limbah medis sudah berjalan sesuai SOP, namun sampah domestik justru kerap luput dan akhirnya ikut terbawa ke TPA, memperparah beban.
Webinar ini menjadi pengingat kuat bahwa pengelolaan sampah bukan hanya urusan lingkungan, tapi juga urusan etika, tanggung jawab sosial, dan kesehatan masyarakat.
Editor: Ken
