Buka Festival Jatiluwih VI Tahun 2025, Bupati Sanjaya Tegaskan Perpaduan Budaya, Alam, dan Semangat Kebersamaan Menuju Tabanan Era Baru

0
49
Foto: Bupati Sanjaya, dan Wakil Bupati Made Dirga, saat menghadiri Jatiluwih Festival, (19/7).

TABANAN, KEN-KEN — Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya, S.E., M.M., bersama istri selaku Ketua TP PKK Kabupaten Tabanan, Ny. Rai Wahyuni Sanjaya, secara resmi membuka Festival Jatiluwih VI Tahun 2025 yang berlangsung meriah di Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan, Sabtu (19/7).

Acara pembukaan turut dihadiri Wakil Bupati Tabanan beserta istri, jajaran Forkopimda, anggota DPRD Tabanan, Sekda beserta jajaran, serta disambut hangat oleh ratusan masyarakat yang memadati area festival. Hadir pula Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata RI mewakili Menteri Pariwisata, Utusan Khusus Presiden Bidang Perdagangan dan Kerja Sama Multilateral, perwakilan Gubernur Bali, perbekel, bendesa adat, serta tokoh masyarakat setempat.

Dalam sambutannya, Bupati Sanjaya menyampaikan apresiasi tinggi terhadap pelaksanaan festival yang menjadi agenda tahunan Pemkab Tabanan. Ia menegaskan bahwa Festival Jatiluwih bukan semata-mata ajang perayaan budaya, melainkan bentuk konkret promosi potensi lokal yang mengangkat kekayaan tradisi, seni, dan kuliner khas Desa Jatiluwih.

“Festival ini adalah bagian dari ikhtiar kolektif menjaga eksistensi Jatiluwih sebagai destinasi unggulan berbasis budaya dan alam. Keunikan sawah berundak, sistem irigasi Subak yang adi luhung, serta keindahan alam pegunungan menjadikan Jatiluwih dikenal secara global,” ujarnya.

Jatiluwih telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia sejak 6 Juli 2012. Menjelang akhir 2024, desa ini meraih tiga penghargaan prestisius: Best Tourism Village dari UNWTO, sertifikat Desa Wisata Berkelanjutan dari Kemenparekraf RI, dan penghargaan Desa Wisata Digital Friendly dari ajang Dewiku.

Baca Juga  Wawali Arya Wibawa Apresiasi Lomba Tunas Ambara Wimbakara Ogoh-Ogoh Mini di Pedungan

Festival kali ini mengusung tema “Growth with Nature” atau “Tumbuh Bersama Alam”, yang menurut Sanjaya selaras dengan filosofi Tri Hita Karana, yakni harmoni antara manusia dengan alam, sesama, dan spiritualitas.

“Tema ini menjadi refleksi arah pembangunan pariwisata berkelanjutan di Tabanan, yang mengacu pada visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui pola pembangunan semesta berencana menuju Tabanan Era Baru yang Aman, Unggul, dan Madani (AUM),” tegasnya.

Ia juga mendorong agar Jatiluwih terus dipromosikan secara kreatif, termasuk melalui media sosial dan festival-festival budaya, serta membuka peluang penyelenggaraan event bertaraf internasional untuk menarik lebih banyak wisatawan mancanegara. Kepada Badan Pengelola DTW Jatiluwih, ia berpesan untuk terus berinovasi dengan tetap menjaga jati diri desa sebagai destinasi berbasis pertanian dan budaya.

Senada dengan Bupati Sanjaya, Ketua TP PKK Tabanan, Ny. Rai Wahyuni Sanjaya, menilai festival ini sangat inspiratif dan mampu membangkitkan semangat masyarakat, khususnya perempuan dan generasi muda, dalam melestarikan budaya serta memberdayakan potensi lokal.

Sementara itu, Manajer DTW Jatiluwih, John Ketut Purna, menyampaikan bahwa Festival Jatiluwih VI bukan sekadar perayaan budaya, tetapi juga kampanye gaya hidup yang menyatu dengan alam. Menurutnya, pertumbuhan sejati lahir dari relasi harmonis dengan lingkungan, bukan dari eksploitasi sumber daya alam.

“Festival ini adalah pesan kuat kepada dunia bahwa desa kecil di lereng Gunung Batukaru ini punya nilai, punya warisan, dan yang lebih penting punya semangat,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa rangkaian kegiatan festival mencerminkan semangat pelestarian dan regenerasi budaya. Penampilan tarian maskot Jatiluwih menjadi simbol penting, disusul dengan fashion show kostum karnaval, workshop, kuliner khas, hingga pameran UMKM sebagai ruang ekspresi masyarakat.

Dalam kesempatan tersebut, Bupati Sanjaya beserta rombongan juga menyaksikan berbagai atraksi budaya seperti Tebuk Lesung, parade gebogan, pertunjukan memasak tradisional “Tum Bungkil Gedebong”, dan prosesi “Nyuwun Padi”. Selain itu, rombongan turut meninjau pameran UMKM serta aktivitas pertanian seperti Metekap dan Ngejuk Lindung, yang mencerminkan sinergi budaya, pertanian, dan ekonomi kreatif di Jatiluwih.

Editor: Ken

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here