Cerita di Balik Layar PKB 2025: Prof. I Wayan Dibia Ungkap Esensi Budaya dan Regenerasi

0
29
Foto: Pembukaan PKB, Peed Aya, (21/6).

DENPASAR, KEN-KEN – Budayawan dan maestro tari Bali, Prof. Dr. I Wayan Dibia, membagikan pandangan mendalamnya mengenai esensi budaya dan pentingnya proses regenerasi dalam perhelatan Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVII Tahun 2025. Hal tersebut diungkapkannya dalam sesi podcast PKB yang digelar di Taman Budaya Art Centre Denpasar, Senin (23/6).

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Dibia mengenang keterlibatannya dalam PKB sejak tahun 1979, saat menjadi bagian dari produksi sendratari kolosal Ramayana Tujuh Kanda hasil kolaborasi ASTI dan KOKAR. Ia kemudian dipercaya menjadi Koordinator Pergelaran PKB pada 1985, dan sejak saat itu aktif mengeksplorasi potensi seni dari berbagai desa adat di Bali.

“Desa adat kita adalah perpustakaan hidup. Setiap desa memiliki struktur dan kekhasan seni yang luar biasa,” ungkapnya.

Dibia menekankan bahwa PKB bukan sekadar ajang pergelaran, melainkan wahana penguatan budaya dan ekspresi identitas lokal. Pawai pembukaan atau Peed Aya menurutnya menjadi momen penting dalam proses alih generasi, dengan melibatkan anak-anak muda secara aktif. Ia menjelaskan bahwa kurasi setiap kontingen tetap mengacu pada tema besar PKB 2025, yaitu Jagat Kerthi Lokahita Samudaya (Seni Semesta Raya).

“Kita batasi agar tidak seragam, tapi tetap memberi ruang kreativitas sesuai karakter masing-masing desa,” jelasnya.

Baca Juga  Kunjungan Edukatif Mahasiswa Warmadewa ke Museum Bajra Sandhi: Apresiasi Budaya dan Catatan Kritis

Lebih lanjut, Prof. Dibia menyoroti pentingnya menjaga keseimbangan antara seni sakral dan seni pertunjukan. Ia mencontohkan seni wewalian, yaitu seni sakral yang dikembangkan menjadi bentuk teatrikal, namun tetap mempertahankan substansi tradisinya.

Dalam visi kuratorialnya, Dibia mendorong pembagian proporsional antara pelestarian dan pengembangan seni, dengan komposisi ideal 60% pelestarian dan 40% pengembangan. “Budaya luar boleh masuk, tapi harus diolah menjadi bagian dari jati diri Bali,” tegasnya.

Ia juga melihat meningkatnya minat internasional terhadap PKB sebagai peluang strategis, bukan ancaman. PKB, kata dia, dapat menjadi ajang budaya global yang tetap berpijak kuat pada nilai-nilai lokal.

“Kesenian bukan hanya untuk hidup saya, tapi memang bagian dari hidup saya. Lewat PKB, saya menyaksikan langsung regenerasi seni budaya yang berjalan dengan penuh harapan,” pungkasnya.

Editor:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here