SMSI Denpasar Gelar Talkshow Pariwisata: Menakar Dampak Pangkalan LNG terhadap Pariwisata Kota Denpasar

0
388
Foto: Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kota Denpasar menggelar talkshow pariwisata bertajuk ‘Menakar Dampak Pangkalan LNG terhadap Pariwisata Kota Denpasar’, pada Senin (16/6)

Denpasar, KEN-KEN – Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Kota Denpasar menggelar talkshow bertajuk “Menakar Dampak Pangkalan LNG terhadap Pariwisata Kota Denpasar”, Senin (16/6/2025), bertempat di Kampus STB Runata, Jalan Tukad Badung, Denpasar.

Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber dari kalangan akademisi, praktisi, hingga pelaku pariwisata yang kompeten di bidangnya. Mereka antara lain Guru Besar Pariwisata Universitas Udayana, Prof. Dr. Drs. I Nyoman Sunarta, M.Si., praktisi pariwisata I Made Mendra Astawa, S.Tr.Par., M.Tr.Par., pengamat industri pariwisata Ngurah Paramartha, serta pelaku pariwisata Yosep Yulius Diaz (Yusdi).

Dalam paparannya, Prof. Sunarta menekankan pentingnya membangun Bali sebagai destinasi pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. Ia menyoroti perlunya perencanaan pembangunan yang mengacu pada daya dukung (carrying capacity) lingkungan Bali agar tidak menimbulkan ketimpangan ekologis.

“Bali harus menjadi laboratorium hidup. Kalau kita tidak ingin bergantung pada energi luar, kita juga harus menghitung: berapa banyak yang benar-benar cukup?” tegas Sunarta.

Baca Juga  Mural Penuh Makna, Warna-Warni Peringatan Bulan Bung Karno di Denpasar Utara

Sementara itu, Ngurah Paramartha menyoroti rencana pembangunan pangkalan LNG di Pulau Serangan, yang dinilai terlalu dekat dengan kawasan suci, Pura Sakenan. Ia mengingatkan bahwa kawasan suci seharusnya steril dari aktivitas industri dalam radius dua kilometer. Menurutnya, Pulau Serangan selama ini telah menjadi pusat berbagai isu pembangunan, mulai dari reklamasi, pengelolaan sampah, dermaga, hingga kini rencana LNG.

“Kenapa semua pembangunan harus ditumpuk di Pulau Serangan? Itu kawasan spiritual dan lingkungan yang sangat sensitif,” ujar Paramartha.

Senada, I Made Mendra Astawa menekankan pentingnya memprioritaskan warisan budaya dan lingkungan hidup dalam setiap rencana pembangunan. Ia menyebutkan bahwa pembangunan yang menomorsatukan kepentingan ekonomi jangka pendek dapat mengorbankan jati diri Bali.

“Jadikan Bali sebagai The Last Heritage of Nusantara. Jangan sampai ekonomi menghancurkan warisan leluhur kita,” ucap Mendra Astawa.

Baca Juga  Seluruh Fraksi DPRD Kota Denpasar Setujui Ranperda Pertanggungjawaban APBD 2024 dan Perubahan KUA-PPAS 2025

Sementara itu, pelaku pariwisata Yusdi Diaz menekankan perlunya transparansi dan keterlibatan publik dalam proses pengambilan kebijakan. Ia menyatakan bahwa wacana pembangunan LNG harus dibuka secara luas agar masyarakat dapat memberikan masukan, bukan hanya melalui asosiasi formal.

“Selama ini, Pulau Serangan identik dengan pelestarian penyu. Bagaimana penyu akan kembali bertelur jika lingkungannya berubah menjadi kawasan industri?” kritik Yusdi.

Talkshow yang dipandu oleh Ketua Divisi Kebijakan dan Diskusi Publik SMSI Kota Denpasar, Arnoldus Dhae, ini menjadi ruang diskusi publik yang sehat dan konstruktif. Diskusi difokuskan untuk menggali potensi dampak pembangunan LNG terhadap sektor pariwisata dari berbagai aspek: lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi.(Wins)

Editor: Ken

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here