
DENPASAR, KEN-KEN — Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Pertanian terus berinovasi guna menjaga ketahanan pangan di tengah tantangan perubahan iklim. Salah satu langkah nyata adalah pelaksanaan Demonstration Plot (Demplot) padi gogo atau lahan percontohan di Subak Ubung, Denpasar Utara, pada Kamis (12/6).
Kegiatan ini menyasar optimalisasi budidaya padi pada lahan kering, terutama saat musim kemarau tiba dan ketersediaan air mulai terbatas.
Alternatif Tangguh di Tengah Minimnya Air
Pelaksana Tugas Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Kota Denpasar, IGA N. Anggreni Suwari, SP, M.Si., menjelaskan bahwa padi gogo dipilih karena lebih adaptif terhadap kondisi kekeringan. Benih yang digunakan adalah varietas unggul dari UPBS Sukamandi, yaitu Inpago 13 Fortiz.
“Jenis ini cocok ditanam di lahan tadah hujan, dengan potensi hasil mencapai 6,2 ton per hektare dan masa panen sekitar 110–115 hari. Keunggulannya juga terletak pada ketahanan terhadap penyakit seperti blas dan hawar daun bakteri, serta kandungan gizi mikro yang tinggi,” jelasnya.
Dukungan Sarana dan Petani Lokal
Demplot dilaksanakan di lahan seluas 50 are di Subak Ubung, dengan dukungan 15 kg benih, 50 kg pupuk NPK, dan 3 botol biodekomposer. Pelaksanaannya dilakukan oleh empat orang petani lokal secara mandiri, mulai dari pengolahan lahan hingga panen.
Kegiatan ini diharapkan menjadi role model yang dapat direplikasi di wilayah lain di Kota Denpasar, khususnya saat menghadapi musim kering yang ekstrem.
“Ini adalah bentuk nyata komitmen kami untuk memastikan produktivitas padi tetap terjaga sepanjang tahun, sekaligus mendukung target swasembada pangan,” tambah Anggreni.
Langkah Strategis untuk Pangan Berkelanjutan
Dinas Pertanian Kota Denpasar menilai bahwa inovasi demplot ini juga merupakan bagian dari adaptasi pertanian terhadap perubahan iklim dan strategi jangka panjang untuk mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan.
Dengan adanya alternatif tanam yang efisien dan adaptif seperti padi gogo, Kota Denpasar semakin siap menghadapi tantangan pangan global di masa mendatang.
Editor: Ken