Denpasar, ken-kenkhabare.com | Bali Lintas Media – Pekan Olahraga Pelajar dan Seni (Porsenijar) Denpasar berlangsung ricuh, khususnya di cabang olahraga (cabor) sepakbola tingkat SMP. Hal ini menyusul keputusan kontroversial melanda tim sepakbola SMPN 7 Denpasar yang dikalahkan lewat ”undian paksa” atas SMPN 9 Denpasar. Lho kok bisa?
Sebenarnya, tim SMPN 7 sudah dinyatakan menang 3-0 alias menang WO atas SMPN 9, ketika kedua tim dijadwalkan bertemu pada laga perdana Minggu (9/4/2023) di Lapangan Arga Soka Pegok. Alasan kemenangan WO itu lantaran pihak lawan (SMPN 9) tidak membawa data (administrasi) para pemainnya secara lengkap.
Sesuai aturan yang telah disepakati, pihak panitia pun akhirnya memutusakan memberi kemenangan SMPN 7 dengan skor 3-0 alias WO. Keputusan resmi panitia tertuang dalam laporan pertandingan. ”SMPN 9 dinyatakan kalah WO (score 3-0), dikarenakan tidak melengkapi administrasi pemain saat pertandingan,”
Namun keesokan harinya Senin (10/4/2023), mendadak tim SMPN 7 diminta bertanding ulang dengan SMPN 9 dengan alasan yang tidak jelas. Karena merasa sudah menang dan diputuskan secara resmi, maka SMPN 7 tidak mau bertanding lagi.
Keputusan tanding ulang ini disinyalir karena adanya ”campur tangan” pihak Dikpora Denpasar selaku penanggung jawab pelaksanaan Porsenijar Denpasar. Dari informasi yang dihimpun pihak Dikpora juga telah memanggil kedua kepala sekolah (SMPN 7 dan SMPN 9).
Tetapi tetap saja tim SMPN 7 tak mau bertanding. Mereka kukuh dengan mengacu aturan yang telah disepakati. Entah karena alasan apa, akhirnya dilakukan undian paksa yang akhirnya dimenangkan tim SMPN 9. Di sisi lain, kekecewaan dan kesedihan para pemain SMPN 7 langsung tumpah, karena mereka merasa dicurangi.
Kekecewaan tim SMPN 7 mengundang keprihatinan banyak pihak, terutama datang dari kalangan pembina, pelatih dan orang tua pemain. ”Saya sempat telepon Pak Made Sudiasa (Kabid Pemuda Olahraga Dikpora Denpasar, -red). Sebab cara-cara ini sudah tidak dibenarkan, apalagi sudah melabrak aturan yang sudah disepakati,” ucap Mamak Abdullah, salah seorang pembina sepakbola yang juga pengurus Askot PSSI Denpasar.
Keputusan kontroversial ini juga disorot Pelatih Made Pasek Alit yang baru saja mengantarkan Denpasar meraih medali emas pada Porprov Bali XV/2022 dan membawa Perseden Denpasar menjuarai Liga 3 Zone Bali. ”Ini sangat lucu dan jadi dagelan, baru kali pertama dalam persepakbolaan di Denpasar ada keputusan aneh seperti ini,” sebut Pasek Alit yang juga mantan pemain Perseden.
Sayangnya Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga (Dikpora) Denpasar AA Gede Wiratama belum bisa dikonfirmasi terkait kisruh tersebut. Dihubungi lewat WA, sampai saat ini belum dibalas.
(AZP)